Minggu, 05 Oktober 2014

Kalau Udah Punya Pacar, Terus Apa?

Selama menyandang status jomlo, ada sebagian orang kerjaannya ngeluuuuh mulu, pengin punya pacar. Seolah-olah hidupnya penuh kesialan karena jomlo. Malam Minggu sendiri, ngeluh. Makan sendirian, ngeluh. Pergi ke mana-mana sendiri, ngeluh. Ditanya sama malaikat di liang kubur sendiri, juga ngeluh.


Selain karena rasa iri ngeliat enaknya orang pacaran, itu mungkin juga karena stigma. Di mana orang yang menyandang status jomlo dianggap hina. Saking nggak mau dianggap hina, ya mati-matian deh nyari pacar.

Nah, salah satu cara yang paling banyak diterapin secara nggak sadar oleh anak muda zaman sekarang adalah dengan melakukan teknik ‘perkuat pusat, perbanyak cabang’.

Oknum jomlo ini biasanya jatuh cinta sama orang yang nggak bisa dimiliki (entah karena dianya gak suka, udah punya pacar, atau mantan yang nggak mau diajak balikan), tapi fokus dekat ke banyak orang dengan tujuan dapet pacar.


Jomlo ini gelisah dengan kesendiriannya, nggak betah, nggak mau dianggap hina dan nggak laku. Mindset-nya. “Gue harus punya pacar, gimana pun caranya.”


Oke, well, kalo udah punya pacar, terus apa? Pencapaian yang kamu idam-idamkan dan diharapkan udah terwujud tuh. Udah segitu doang?

Sekarang mari kita tanya pada diri sendiri, apa lagi yang harus dicapai atau dilakukan setelah punya pacar?

Perlu kamu tau, nggak semua hubungan pacaran itu enak dan mudah seperti kelihatannya. Kalo kita liat dari tujuannya, pengin punya pacar hanya untuk senang-senang? Silakan nggak ada yang ngelarang. Pengin punya pacar untuk diajak berbagi? Carilah orangnya. Atau pengin punya pacar untuk bersama menata masa depan? Semoga kamu menemukan orang yang tepat.

Banyak orang yang pacaran pun malah mengeluhkan hubungannya karena ada masalah yang mungkin nggak pernah diperlihatkan. Mulai dari pacarnya yang suka ngambek dan marah-marah, yang sibuk dan nggak punya waktu buat ketemu, yang ganjen dan suka selingkuh, dan yang paling pelik; nggak dapet restu dari orang tua.



Sebetulnya, saat jomlo itu adalah waktu yang tepat untuk kita memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri, bukan buat ngeluh dan ngerasa terzolomi. Kamu yang tadinya dicengin jelek, ya rawat diri supaya cakep. Kamu yang tadinya nganggur, ya cari kerja dan uangnya ditabung. Kamu yang tadinya nggak punya apa-apa yang bisa dibanggain, ya cobalah untuk meniti pelan-pelan hingga punya apa yang kamu inginkan, terutama dalam bentuk karya dan prestasi. Semoga kita semua sedang melakukan itu.

Semua yang kamu lakuin itu nggak percuma, justru berguna banget jadi modal lebih untuk dapetin pacar yang lebih baik. Siapa yang nggak pengin coba punya pacar yang kece tampang dan isi dompetnya? Nggak ada…

Dengan begitu, apabila kamu pengin punya pacar hanya berlandaskan ambisi ‘kepengin’ dan kegelisahan ‘nggak mau jomlo’ aja, ya hubungan kamu nantinya nggak akan memberikan apa-apa selain masalah yang –siap nggak siap– seharusnya nggak kamu alamin. Pacaran yang berlandaskan dua hati yang saling mencintailah yang sebenar-benarnya hubungan. Pacaran yang mempunyai komitmenlah yang menjadi pondasi kebersamaan. Pacaran yang mempunyai status yang jelaslah yang seharusnya diciptakan.

Sebuah hubungan tercipta dari dua hati yang saling menemukan, saling mengakui, dan saling mencintai.

Awkay, jadi kamu sendiri kalo udah punya pacar, lalu apa lagi? Yuk kita tukar pikiran tentang hubungan yang pengin kamu punya. Kanda siap pasang mata dan telinga untuk menyimaknya.

Pahit-Manisnya Pacaran Sama Orang yang Jauh Lebih Muda

Sebagian dari kamu mungkin pernah menjalani hubungan dengan seseorang yang umurnya terpaut jauh. Cinta memang tidak mengenal usia. Ia bisa datang pada sepasang manusia yang punya jarak umur yang jauh berbeda.
Sama seperti pacaran dengan pasangan yang sebaya, pacaran dengan orang yang jauh lebih muda (atau lebih tua) tentu ada suka dukanya. Sebagian mungkin sama dengan yang dialami pasangan sebaya, tapi ada juga pengalaman yang sama sekali berbeda jika kekasihmu jauh lebih muda. Kali ini, saya akan mencoba membagikan gimana suka dukanya punya pacar yang jauh lebih muda.


1. Pacaran dengannya itu terasa seperti bernostalgia.

Pacaran sama dia itu seperti nostalgia
Pacaran sama dia itu seperti nostalgia via toguturnip.wordpress.com
Ya, kencan dengannya itu kayak balik lagi ke masa muda SMA dengan segala kisah-kasihnya. Kalo pas lagi gak kuliah, kamu rela jemput dia ke sekolah. Ya, itung-itung mejeng. Hehehe. Kamu juga sering membandingkan SMA zamanmu dengan SMA zaman pacarmu.


2. Agendamu dengannya: nonton pensi atau nonton pertandingan basket tingkat SMA.

Diajak jadi suporter tim basket SMA-nya
Diajak jadi suporter tim basket SMA-nya via twitter.com
Iya, soalnya dia tampil di pensi atau ikut pertandingan olah raga mewakili sekolah. Kamu dengan senang hati menyemangati dia dari depan panggung atau pinggir lapangan. Pun kalo dia gak ikut keduanya, kamu tetap senang karena bisa menemaninya men-support teman-temannya.


3. Mulanya, orang tuanya memandangmu curiga.

Awalnya mereka begini...
Awalnya mereka begini… via giphy.com
Mungkin dalam pikirannya:
“Hmm, ngapain nih cowok deketin anak gue? Gak sadar apa kalau dia lebih cocok jadi oom-nya?”


4. Tapi, kamu ternyata cepat akrab sama mereka.

Malah jadi seperti ini.
…lalu malah jadi seperti ini. via giphy.com
Mereka akhirnya welcome sama kamu, setelah tahu ternyata kamu nyambung sama mereka. Ya gimana, orang saya seumuran udah cukup dewasa kok.


5. Kamu harus sudi digodain sama teman-temanmu.

Cieeh pacaran sama kimcil
“Cieeh pacaran sama kimcil!” via Kimcil
Teman-temanmu bakal godain kamu gara-gara pacarnya jauh lebih muda.
Teman A: “Ciyeee, pacaran sama kimc*il!”
Teman B: “Wah, dapet daun muda nih.”
Kamu: “Iya, kenapa? Ngiri ya gara-gara kalian masih jomblo?”
#emangnyaenakdiskakmat?


6. Juga, terima nasib dipanggil “Om” atau “Mbah” sama sahabatnya pacarmu.

Emangnya tampang gue kayak gini?
Emangnya tampang gue kayak gini? via www.jpnn.com
Selain kencan sama cewekmu, kamu juga bakal sering hang out bareng sahabat-sahabatnya cewekmu. Dan dengan semena-mena mereka manggil kamu ‘Om’ atau ‘Mbah.’ Duh, dek!


7. Tapi, teman-temannya yang lain bakal segan sama kamu.

Mereka bersikap sopan sama kamu.
Mereka bersikap sopan sama kamu.
Sebagai orang yang paling tua di situ, teman-teman cewekmu bersikap sopan sama kamu saat kalian lagi nonton pensi atau pertandingan olah raga. Mereka menyapa, “Hai, Kak!” atau sekadar senyum. Kamu sih stay cool, meski dalam hatimu: “MWA-HA-HA-HA-HA!”
(Padahal lebih banyak yang mengira kamu omnya.)


8. Tak jarang, kamu harus berhadapan dengan sikap alay pacarmu.

Alay sih, tapi manis kok.
Alay sih, tapi manis kok.
Alay itu salah satu proses menuju kedewasaan. Sayangnya, cewekmu itu masih berada di tahap alay, meski gak begitu akut sih. Dia me-request status married di Facebook, merayakan anniversary tiap bulan, atau memanggilmu dengan panggilan ‘papa’, ‘ayah’, atau semacamnya.
Alay sih, tapi bagimu kadang tingkah lakunya itu sweet juga….


9. Kamu juga butuh usaha ekstra untuk meladeni kemanjaannya.

Kadang manjanya dia melebihi ekspektasimu.
Kadang manjanya dia melebihi ekspektasimu. via RamSorayaFilm
Ya, karena kamu jauh lebih tua darinya, terkadang dia jadi manja banget ke kamu. Mulai dari minta temenin ke salon, beli buku, maupun sekadar minta beliin es krim. Kalo gak dituruti, dia bakal ngambek berhari-hari. Kamu sampai kewalahan sendiri pas dia lagi manja-manjanya ke kamu.


10. Kamu bisa dengan mudah memahaminya, tapi tidak sebaliknya.

Dia gak mau tahu
Dia gak mau tahu via giphy.com
Kadang dia gak bisa memahami keadaanmu atau keperluanmu. Misalnya, dia marah-marah saat kamu nongkrong sampai larut sama teman-temanmu setelah penat kuliah, karena dia sendiri gak pernah nongkrong sampai malam. Padahal kamu juga butuh refreshing dan banyak kegiatan yang dilakukan sampai larut malam.
Kamu pun cuma bisa menghela napas.


11. Makanya, sesekali kamu mesti men-downgradepola pikirmu.

aaaa
sesekali men-downgrade pola pikirmu. via itiswrittenforyou.files.wordpress.com
Kadang, cewekmu jadi labil emosinya. Pengennya dimengerti tapi gak mau mengerti kamu. Dia jadi cemburuan dan gampang kesal. Akhirnya kamu yang mengalah dengan berusaha menempatkan dirimu pada pola pikirnya.


12.  Tapi, karena kamu, dia jadi pribadi yang lebih dewasa dibanding anak-anak seumurannya.

DIa lebih dewasa dari gadis seumurannya.
DIa lebih dewasa dari gadis seumurannya. via www.booksie.com
Kamu dan dia telah mengelaborasi pola pikir masing-masing agar dapat saling menyesuaikan. Selain kamu yang berusaha menyesuaikan dengan pola pikirnya, dia pun berusaha mengimbangi pola pikirmu yang jauh lebih dewasa dan berpengalaman. Makanya, dia jadi pribadi yang lebih dewasa dibanding teman-teman sebayanya.


13. Tapi karena dia juga, kamu belajar untuk jadi pribadi yang lebih bijak

Kamu jadi orang yang lebih bijak
Kamu jadi orang yang lebih bijak via pbs.twimg.com
Menghadapi naik dan turunnya emosi pasanganmu secara tidak sadar membentukmu jadi orang yang jauh lebih bijak. Kamu tidak lagi menggebu-gebu, tidak lagi egois dan memaksakan kehendakmu. Kamu sadar bahwa rasa saling mengerti adalah kunci utama bagi hubungan yang berhasil.


14. Yang seru adalah pengalamanmu mendampinginya lulus SMA dan masuk perguruan tinggi.

Mendampinginya lulus SMA
Mendampinginya lulus SMA via twicsy.com
Mulai dari menemaninya belajar untuk ujian nasional, memeluknya saat pengumuman kelulusan, sampai mendampinginya di wisuda SMA. Kamu juga ikutan sibuk saat dia bingung memilih masuk universitas dan jurusan yang mana. Saat ospek pun, kamu dibuat repot demi membantunya mendapatkan perlengkapan ospek yang aneh-aneh. Berasa punya anak, deh.


15. Setelah dia kuliah, jarak usia kalian gak terasa lagi.

Dia lebih mandiri
Dia lebih mandiri via www.huffingtonpost.com
Kini dia menjadi wanita yang jauh lebih matang dibanding saat kamu mengenalnya dulu. Yang kamu gandeng kini bukan lagi gadis kecil manja yang dulu. Seiring dengan lingkungan pergaulannya yang naik tingkat, pola pikirnya pun berkembang. Kini dia lebih mandiri dan jauh lebih pengertian padamu.


16. Tapi, sampai kapanpun, dia tetap gadis manjamu yang dulu.

Dia tetap gadis kecilmu selamanya
Dia tetap gadis kecilmu selamanya via llayoung.blogspot.com
Meskipun dia lebih matang sekarang, bagimu dia tetap gadis manjamu yang dulu.

Pacaran dengan gadis yang usianya jauh lebih muda emang punya tantangan tersendiri sih. Tapi, kamu tetap merasa beruntung kok, bisa mendampinginya di masa-masa transisi hidupnya dari remaja menjadi dewasa.