Selama menyandang status jomlo, ada sebagian orang kerjaannya ngeluuuuh mulu, pengin punya pacar. Seolah-olah hidupnya penuh kesialan karena jomlo. Malam Minggu sendiri, ngeluh. Makan sendirian, ngeluh. Pergi ke mana-mana sendiri, ngeluh. Ditanya sama malaikat di liang kubur sendiri, juga ngeluh.
Selain karena rasa iri ngeliat enaknya orang pacaran, itu mungkin juga karena stigma. Di mana orang yang menyandang status jomlo dianggap hina. Saking nggak mau dianggap hina, ya mati-matian deh nyari pacar.
Nah, salah satu cara yang paling banyak diterapin secara nggak sadar oleh anak muda zaman sekarang adalah dengan melakukan teknik ‘perkuat pusat, perbanyak cabang’.
Oknum jomlo ini biasanya jatuh cinta sama orang yang nggak bisa dimiliki (entah karena dianya gak suka, udah punya pacar, atau mantan yang nggak mau diajak balikan), tapi fokus dekat ke banyak orang dengan tujuan dapet pacar.
Jomlo ini gelisah dengan kesendiriannya, nggak betah, nggak mau dianggap hina dan nggak laku. Mindset-nya. “Gue harus punya pacar, gimana pun caranya.”
Oke, well, kalo udah punya pacar, terus apa? Pencapaian yang kamu idam-idamkan dan diharapkan udah terwujud tuh. Udah segitu doang?
Sekarang mari kita tanya pada diri sendiri, apa lagi yang harus dicapai atau dilakukan setelah punya pacar?
Perlu kamu tau, nggak semua hubungan pacaran itu enak dan mudah seperti kelihatannya. Kalo kita liat dari tujuannya, pengin punya pacar hanya untuk senang-senang? Silakan nggak ada yang ngelarang. Pengin punya pacar untuk diajak berbagi? Carilah orangnya. Atau pengin punya pacar untuk bersama menata masa depan? Semoga kamu menemukan orang yang tepat.
Banyak orang yang pacaran pun malah mengeluhkan hubungannya karena ada masalah yang mungkin nggak pernah diperlihatkan. Mulai dari pacarnya yang suka ngambek dan marah-marah, yang sibuk dan nggak punya waktu buat ketemu, yang ganjen dan suka selingkuh, dan yang paling pelik; nggak dapet restu dari orang tua.
Sebetulnya, saat jomlo itu adalah waktu yang tepat untuk kita memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri, bukan buat ngeluh dan ngerasa terzolomi. Kamu yang tadinya dicengin jelek, ya rawat diri supaya cakep. Kamu yang tadinya nganggur, ya cari kerja dan uangnya ditabung. Kamu yang tadinya nggak punya apa-apa yang bisa dibanggain, ya cobalah untuk meniti pelan-pelan hingga punya apa yang kamu inginkan, terutama dalam bentuk karya dan prestasi. Semoga kita semua sedang melakukan itu.
Semua yang kamu lakuin itu nggak percuma, justru berguna banget jadi modal lebih untuk dapetin pacar yang lebih baik. Siapa yang nggak pengin coba punya pacar yang kece tampang dan isi dompetnya? Nggak ada…
Dengan begitu, apabila kamu pengin punya pacar hanya berlandaskan ambisi ‘kepengin’ dan kegelisahan ‘nggak mau jomlo’ aja, ya hubungan kamu nantinya nggak akan memberikan apa-apa selain masalah yang –siap nggak siap– seharusnya nggak kamu alamin. Pacaran yang berlandaskan dua hati yang saling mencintailah yang sebenar-benarnya hubungan. Pacaran yang mempunyai komitmenlah yang menjadi pondasi kebersamaan. Pacaran yang mempunyai status yang jelaslah yang seharusnya diciptakan.
Sebuah hubungan tercipta dari dua hati yang saling menemukan, saling mengakui, dan saling mencintai.
Awkay, jadi kamu sendiri kalo udah punya pacar, lalu apa lagi? Yuk kita tukar pikiran tentang hubungan yang pengin kamu punya. Kanda siap pasang mata dan telinga untuk menyimaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar