Selasa, 17 Maret 2015

Kita Memang Tak Jadi Bersama. Tapi Kau Tetap Salah Satu Episode Terindah yang Pernah Kupunya

Hai, kamu yang sempat akan menjadi belahan hatiku.
Sedang apa dirimu saat ini?
Apakah sedang bercengkerama dengan wanita lain?
Masihkah kamu ingat padaku — gadis yang hampir jadi belahan hatimu?

Halo, apa kabarmu? Aku menulis surat ini untukmu, mesku kutahu aku tidak akan mengirimkannya jua. Aku terlalu malu untuk mengakui gejolak perasaanku di hadapanmu. Surat ini hanya berisi curahan hatiku saja yang tidak sepaket dengan rentetan penyesalan di belakangnya.
Ya, aku sudah mengamini bahwa kita memang tidak diciptakan untuk bersama. Lewat surat ini, aku juga sekaligus ingin membersihkan hatiku dari remah-remah kenangan tentang dirimu. Supaya ruangannya menjadi lapang bagi hati milik pria lain yang akan segera datang bersua.


Mari kita ingat kembali pertemuan kita kala itu. Sejak pertama kali bertemu kamu memang sudah mencuri tempat penting di hatiku

aku sudah terpana sejak saat pertama
aku sudah terpana sejak saat pertama via valentines-2015.com
Ah, aku ingat aku selalu mencibir tiap ada yang melontarkan topik cinta pada pandangan pertama. Aku tidak meyakini dan tidak akan sebegitu bodohnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun, tahukah kamu, bersamamu aku bagai menjilat ludah sendiri? Ya, aku merasa ada getaran tak biasa saat pertama kali melihatmu. Raga ini terasa limbung, limbung yang begitu memabukkan serta membuatku ingin terus menerus merasakannya.
Harus ku akui, aku sudah terpesona saat pertama kali bertemu denganmu. Tidak, aku tidak hanya terpesona pada ragamu. Hatiku jatuh hati pada kesopanan serta wibawamu. Dan, asal kamu tahu, tangan kokohmu yang sempat bertautan denganku sepersekian detik saat berkenalan mampu membuat hatiku meremang hingga sisa hari.
Apakah kenangan yang sama juga tertinggal begitu dalam dalam kepalamu? Atau cuma aku yang selama ini mengagumimu? 


Perasaan yang dalam  bahkan membuatku berani mengajukan doa. Kuminta pada Tuhan semoga kelak, kamu lah yang akan jadi belahan hatiku selanjutnya

aku berdoa semoga kamu selanjutnya
aku berdoa semoga kamu selanjutnya via pixshark.com
Setelah perkenalan sederhana, kita menjadi begitu lekat. Kita enggan berpisah meski sekejap saja. Aku dan kamu sama-sama nyaman menghabiskan waktu hanya berdua, ya itulah yang kurasa. Percakapan tentang apapun kita lahap habis bersama.
Aku yang haus akan wawasan tidak pernah bosan mendengarkan cerita yang kau tuturkan. Membuatmu menjadi tempat tujuanku untuk bertanya tentang apa saja. Kamu juga nampaknya selalu menikmati setiap kelakar yang sesekali aku lontarkan. Gelakmu selalu disusul dengan tatapan mata yang begitu lekat, membuat hati kita kian dekat.
Kita juga selalu saling mengisi sisa hari. Dari pagi hingga senja tak pernah alpa kita bersua. Tidak bertemu sehari saja membuat raga ini serasa tidak bertenaga. Ya, aku semakin yakin bahwa kita mampu menjadi pasangan sempurna. Kamu selalu bisa menerka apa mauku dan aku bisa selalu tahu apa inginmu. Kita bagaikan kepingan puzzle yang memang memiliki sisi yang pas untuk disatukan, setidaknya itulah yang kurasa.
Semenjak hari itu setiap malam, aku selalu berdoa pada Sang Maha Segalanya, supaya aku diijinkan merangkai cerita denganmu di masa depan.


Tapi ternyata semesta tak mengamini. Sebelum sempat menjalin cerita bersama, kau dan aku harus berjalan sendiri-sendiri. Sakit? Ah, rasanya tak perlu kujelaskan lagi

kita memang tidak diciptakan untuk menjadi satu
kita memang tidak diciptakan untuk menjadi satu via trends-now.website
Senja itu merupakan senja terburuk yang pernah kualami. Aku ingat saat itu aku menangis tersedu ketika harus mengakhiri kedekatan kita. Hati ini seperti ada beberapa bagiannya yang patah dan hilang entah kemana. Hatiku limbung dan aku tidak tahu kemana mesti mencari pijakan. Ya, entah mengapa hubungan kita merenggang. Aku tidak tahu apa yang kulakukan sehingga membuatmu berubah.
Walaupun hingga sekarang kita masih bertukar sapa, kita seperti dua manusia berbeda yang tidak sama seperti sebelumnya. Tawa hangat dan cerita panjang lebar yang dulu selalu kau tuturkan kini berubah menjadi senyum sarat kesopanan dan satu dua patah sapaan. Kelakar yang dulu selalu kulontarkan juga sekarang hanya mampu tertambat di ujung lidah dan keluar sebagai kata, ‘Halo’ sederhana.


Walau tidak sempat saling mendampingi, rasanya pertemuan kita tidak harus kusesali. Bagaimanapun, kaulah salah satu persimpangan terindah yang pernah kulalui

kaulah cerita indah yang pernah kucecap meski sekejap
kaulah cerita indah yang pernah kucecap meski sekejap via favim.com
Aku tahu, semesta memang tidak mengamini kita untuk bersama. Aku dan kamu memang diciptakan untuk bertemu hanya sekejap saja. Namun, kamu adalah cerita indah yang pernah aku temui. Terimakasih karena sudah mengajarkanku banyak hal dan membuka mataku akan wawasan baru.
Kini aku sudah mampu berlapang dada.
Sekali lagi, terimakasih sudah pernah datang bersua di kehidupanku yang sekarang.
Semoga kamu bahagia dengan siapapun manusia yang ada di pelukanmu saat ini.

Senin, 29 Desember 2014

Untukmu, yang Cintanya Tak Dibalas dengan Sepadan

“Kita berbeda. Aku dan kamu saling mencinta, namun dengan takaran rasa yang tak sama.
Dalam-dalam aku mencerap cinta, sedangkan kau mencintaiku dengan kadar yang biasa.
Meski perasaan tak sepatutnya dipersalahkan, tidakkah kamu pernah merasa penasaran?
Membayangkan betapa tak enaknya jadi aku yang cintanya tak dibalas dengan sepadan?”

Untuk kamu yang berjuang demi berdamai dengan keadaan. Yang sedang berusaha mencintai pasangan dengan ketulusan, ketika cinta memang tak pernah lunas menawarkan keadilan…


Cinta tak bekerja dengan adil layaknya wasit pertandingan. Saat kamu mencintainya dalam-dalam, dia bahkan tidak mengasihimu dalam takaran yang sepadan

cinta dengan kadar yang berbeda
cinta dengan kadar yang berbeda via dbestman.wordpress.com
Keliru memang, jika kita memilih menghamba pada cinta. Selain tak memberikan kepastian, cinta pun tak pernah lunas menjanjikan keadilan. Ya, cinta memang tak bisa diibaratkan hakim di pengadilan atau wasit dalam pertandingan olahraga. Cinta bekerja dengan cara-cara yang tak biasa – yang terkadang tak bisa diterima akal sehat manusia.
Kamu yang sudah mencurahkan semua perasaanmu untuknya, justru harus lapang dada dan menerima ketika dia memilih menanggapi dengan biasa. Tapi, lihatlah bayangan dirimu sendiri dalam kaca. Adakah kamu merasa tak terima atau tak rela? Bukankah kamu sudah bertahan sekian lama dan tak sekalipun berniat meninggalkan dia meski cintamu tak dibalas serupa?


Selama ini, kamu jadi pejuang dengan tekad baja. Kamu rela memberikan segala yang kamu miliki hanya untuk dia

berusaha mencukupkan kebutuhannya
berusaha mencukupkan kebutuhannya via ceritasuperstar.blogspot.com
Bagimu, segala kebutuhan dia adalah prioritas utamamu sebagai pendampingnya. Saat dirinya bisa tercukupi dan tak kekurangan, kamu akan merasa puas dan senang. Apapun yang kamu miliki, entah itu waktu, tenaga, pikiran, perasaan, kasih sayang, dan cinta – semua bisa dengan ikhlas kamu berikan untuknya.
Kamulah yang tak bosan-bosan mendengarkan dia berkeluh kesah perihal pekerjaannya. Kamu pula yang selalu berusaha memberikan saran dan masukan yang bisa membuatnya merasa lebih tenang. Di tengah rutinitas pekerjaan, kamu juga yang selalu bisa diandalkan untuk mengingatkannya istirahat, minum air putih dan tak lupa makan. Segala pengorbananmu memang boleh dibilang luar biasa, dan yang kamu lakukan terasa sangat masuk akal selama inginmu adalah membantunya mengatasi kesulitan dan memastikan dia baik-baik saja.


Barangkali ini karena cinta. Meski lebih sering berseberangan atau berbeda, segala perilaku dan jalan pikirannya akan tetap bisa kamu terima

berusaha memahami perbedaan
berusaha memahami perbedaan via tkyphoto.blogspot.com
Kalian adalah dua individu yang berbeda dengan sedikit kesamaan dan lebih banyak perbedaan. Meski dunia kalian sedikit beririsan, lebih banyak hal yang nyatanya harus dikompromikan. Dia punya hobi membaca komik dan bermain game, sedangkan kamu hampir-hampir “buta” tentang keduanya.
Namun, adakah kebahagiaan yang melampaui momen-momen saat mendengarkan dia bercerita? Ya, kamulah yang akan ikut bahagia saat dia berhasil menuntaskan game terbarunya. Kamu pun tak keberatan saat menemani dia berkeliling toko buku demi menemukan komik kesukaaannya. Kamu ikhlas menerima dan mencoba memahami semua tentang dia dan dunianya.


Saat kalian sedang berjauhan, tak pernah sedetik pun dirinya hilang dari ingatan atau tak kamu cemaskan

jadi yang selalu kamu pikirkan dan cemaskan
jadi yang selalu kamu pikirkan dan cemaskan via wendy-in-neverland.deviantart.com
Dia mungkin bisa dengan ringan tak memberimu kabar. Padahal, tak sedetik waktu pun yang kamu lewatkan tanpa menunggui SMS atau telepon darinya. Kamu penasaran atau bahkan mencemaskan dirinya. Sedang apa, dengan siapa, apakah baik-baik saja; berbagai pertanyaan yang membuatmu merasa tak tenang. Kadang, di tengah kegalauanmu menunggu kabar darinya, kamu akan bertanya pada diri sendiri;
“Adakah dia pernah merasakan kecemasan yang sama? Apakah cuma aku yang memikirkan dia dengan sedemikian hebatnya? Bukankah sebagai pasangan, aku pun berhak mendapat perhatian darinya?”


Bagimu, dia adalah masa depan yang harus diperjuangkan. Tapi menurut dia, kamu hanyalah sepenggal cerita perjalanan cintanya atau sekadar persinggahan

bagimu, dialah masa depan yang harus diperjuangkan
bagimu, dialah masa depan yang harus diperjuangkan via www.anshumm.com
Bisa berdampingan dengannya adalah kebahagiaan luar biasa yang kamu rasakan. Kamu berharap hubungan dengan dia bisa bertahan selamanya. Kamu menginginkan dia bisa jadi bagian dari kehidupanmu di masa depan. Berharap dia yang jadi pendamping sejati hingga kalian melewati momen pernikahan dan menua bersama nanti.
Sayangnya, dia tak menumpuk harapan yang sama denganmu. Baginya, kamu hanyalah bagian dari kisah perjalanan cintanya. Bicara perkara masa depan hubungan kalian tak pernah membuatnya bersemangat. Dia tahu kelak akan ada saat dimana kalian akan harus berpisah dan mengakhiri hubungan yang saat ini dijalani.


Merasakan cinta yang lebih berat di salah satu sisi, kamu pun mulai menata hati. Belajar untuk lebih tahu diri agar kelak tak terlalu sakit hati

menata hati agar kelak tak sakit hati
menata hati agar kelak tak sakit hati via favim.com
Seiring waktu berjalan, kamu pun menyadari ketimpangan dalam hubungan kalian. Kamu berusaha memahami posisimu sebagai pihak yang mencintai lebih dalam dan lebih sering diabaikan. Akibatnya, perlahan kamu pun mulai berusaha menata hati. Berjaga-jaga agar kelak tak terlalu sakit hati jika pasangan akhirnya memilih pergi.
Bahkan, saat pasangan memberimu kejutan atau melakukan sesuatu yang membuatmu senang, kamu akan baik-baik meredam hatimu. Kamu tak mau terlalu terbuai dan berbahagia, kamu sadar bahwa kebahagiaanmu hanyalah semu yang kelak akan berganti kesedihan lagi.


Kamu sadar, perasaan memang tak bisa dipaksakan dan sudah sepatutnya cinta itu membebaskan

cinta tak bisa dipaksakan
cinta tak bisa dipaksakan via www.cinedor.es
Terkadang, ingin sekali mengutuki diri sendiri, menyalahkan pasangan atau bahkan keadaan. Bagaimana pun pengalaman mencintai lebih dalam memang lebih sering terasa menyakitkan. Membuatmu lebih sering mengorbankan perasaan daripada merasakan kebahagiaan dalam hubungan.
Namun, kedewasaanlah yang akhirnya menuntunmu untuk bersabar. Kamu mengerti bahwa perkara perasaan memang tak bisa dipaksakan. Pasangan tak harus memberikan cinta dan kasih sayang yang sama besarnya dengan yang kamu berikan. Bahkan, dirimu sendiri pun tak selayaknya minta dikasihani atau merasa jadi pihak yang tersakiti. Karena rasa cinta yang sebenar-benarnya adalah perasaan yang justru membebaskan dan tidak membebani.


Pengalaman jadi pihak yang mencintai lebih dalam justru membuatmu sadar bahwa perasaan cinta yang sebaik-baiknya haruslah didasari ketulusan

perasaan cinta harus tulus
perasaan cinta harus tulus via bridalmusings.com
Setalah menyadari posisimu jadi pihak yang mencintai lebih dalam, entah kamu akan memilih putus atau bertahan. Tapi setidaknya, pengalaman ini memberikan pelajaran cinta yang teramat penting dan berharga. Bahwa perasaan cinta yang sebenar-benarnya haruslah didasari ketulusan.
Saat kamu bisa mencintai tanpa mengaharap balasan yang sepadan. Ketika kamu berusaha memberikan yang terbaik untuk pasanganmu tanpa minta dibalas penghargaan yang setimpal. Meski jadi pihak yang mencintai lebih dalam terkesan sangat menyakitkan, kamu tetap bisa mensyukuri segala perasaan yang kamu rasakan.

Untuk kamu yang pernah atau sedang merasakan pengalaman cinta ini, semoga banyak kebaikan yang bisa kamu dapatkan. Cinta memang tak selalu manis dirasa, tapi semoga setiap harinya kehidupan cintamu semakin bahagia.

Minggu, 05 Oktober 2014

Kalau Udah Punya Pacar, Terus Apa?

Selama menyandang status jomlo, ada sebagian orang kerjaannya ngeluuuuh mulu, pengin punya pacar. Seolah-olah hidupnya penuh kesialan karena jomlo. Malam Minggu sendiri, ngeluh. Makan sendirian, ngeluh. Pergi ke mana-mana sendiri, ngeluh. Ditanya sama malaikat di liang kubur sendiri, juga ngeluh.


Selain karena rasa iri ngeliat enaknya orang pacaran, itu mungkin juga karena stigma. Di mana orang yang menyandang status jomlo dianggap hina. Saking nggak mau dianggap hina, ya mati-matian deh nyari pacar.

Nah, salah satu cara yang paling banyak diterapin secara nggak sadar oleh anak muda zaman sekarang adalah dengan melakukan teknik ‘perkuat pusat, perbanyak cabang’.

Oknum jomlo ini biasanya jatuh cinta sama orang yang nggak bisa dimiliki (entah karena dianya gak suka, udah punya pacar, atau mantan yang nggak mau diajak balikan), tapi fokus dekat ke banyak orang dengan tujuan dapet pacar.


Jomlo ini gelisah dengan kesendiriannya, nggak betah, nggak mau dianggap hina dan nggak laku. Mindset-nya. “Gue harus punya pacar, gimana pun caranya.”


Oke, well, kalo udah punya pacar, terus apa? Pencapaian yang kamu idam-idamkan dan diharapkan udah terwujud tuh. Udah segitu doang?

Sekarang mari kita tanya pada diri sendiri, apa lagi yang harus dicapai atau dilakukan setelah punya pacar?

Perlu kamu tau, nggak semua hubungan pacaran itu enak dan mudah seperti kelihatannya. Kalo kita liat dari tujuannya, pengin punya pacar hanya untuk senang-senang? Silakan nggak ada yang ngelarang. Pengin punya pacar untuk diajak berbagi? Carilah orangnya. Atau pengin punya pacar untuk bersama menata masa depan? Semoga kamu menemukan orang yang tepat.

Banyak orang yang pacaran pun malah mengeluhkan hubungannya karena ada masalah yang mungkin nggak pernah diperlihatkan. Mulai dari pacarnya yang suka ngambek dan marah-marah, yang sibuk dan nggak punya waktu buat ketemu, yang ganjen dan suka selingkuh, dan yang paling pelik; nggak dapet restu dari orang tua.



Sebetulnya, saat jomlo itu adalah waktu yang tepat untuk kita memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri, bukan buat ngeluh dan ngerasa terzolomi. Kamu yang tadinya dicengin jelek, ya rawat diri supaya cakep. Kamu yang tadinya nganggur, ya cari kerja dan uangnya ditabung. Kamu yang tadinya nggak punya apa-apa yang bisa dibanggain, ya cobalah untuk meniti pelan-pelan hingga punya apa yang kamu inginkan, terutama dalam bentuk karya dan prestasi. Semoga kita semua sedang melakukan itu.

Semua yang kamu lakuin itu nggak percuma, justru berguna banget jadi modal lebih untuk dapetin pacar yang lebih baik. Siapa yang nggak pengin coba punya pacar yang kece tampang dan isi dompetnya? Nggak ada…

Dengan begitu, apabila kamu pengin punya pacar hanya berlandaskan ambisi ‘kepengin’ dan kegelisahan ‘nggak mau jomlo’ aja, ya hubungan kamu nantinya nggak akan memberikan apa-apa selain masalah yang –siap nggak siap– seharusnya nggak kamu alamin. Pacaran yang berlandaskan dua hati yang saling mencintailah yang sebenar-benarnya hubungan. Pacaran yang mempunyai komitmenlah yang menjadi pondasi kebersamaan. Pacaran yang mempunyai status yang jelaslah yang seharusnya diciptakan.

Sebuah hubungan tercipta dari dua hati yang saling menemukan, saling mengakui, dan saling mencintai.

Awkay, jadi kamu sendiri kalo udah punya pacar, lalu apa lagi? Yuk kita tukar pikiran tentang hubungan yang pengin kamu punya. Kanda siap pasang mata dan telinga untuk menyimaknya.

Pahit-Manisnya Pacaran Sama Orang yang Jauh Lebih Muda

Sebagian dari kamu mungkin pernah menjalani hubungan dengan seseorang yang umurnya terpaut jauh. Cinta memang tidak mengenal usia. Ia bisa datang pada sepasang manusia yang punya jarak umur yang jauh berbeda.
Sama seperti pacaran dengan pasangan yang sebaya, pacaran dengan orang yang jauh lebih muda (atau lebih tua) tentu ada suka dukanya. Sebagian mungkin sama dengan yang dialami pasangan sebaya, tapi ada juga pengalaman yang sama sekali berbeda jika kekasihmu jauh lebih muda. Kali ini, saya akan mencoba membagikan gimana suka dukanya punya pacar yang jauh lebih muda.


1. Pacaran dengannya itu terasa seperti bernostalgia.

Pacaran sama dia itu seperti nostalgia
Pacaran sama dia itu seperti nostalgia via toguturnip.wordpress.com
Ya, kencan dengannya itu kayak balik lagi ke masa muda SMA dengan segala kisah-kasihnya. Kalo pas lagi gak kuliah, kamu rela jemput dia ke sekolah. Ya, itung-itung mejeng. Hehehe. Kamu juga sering membandingkan SMA zamanmu dengan SMA zaman pacarmu.


2. Agendamu dengannya: nonton pensi atau nonton pertandingan basket tingkat SMA.

Diajak jadi suporter tim basket SMA-nya
Diajak jadi suporter tim basket SMA-nya via twitter.com
Iya, soalnya dia tampil di pensi atau ikut pertandingan olah raga mewakili sekolah. Kamu dengan senang hati menyemangati dia dari depan panggung atau pinggir lapangan. Pun kalo dia gak ikut keduanya, kamu tetap senang karena bisa menemaninya men-support teman-temannya.


3. Mulanya, orang tuanya memandangmu curiga.

Awalnya mereka begini...
Awalnya mereka begini… via giphy.com
Mungkin dalam pikirannya:
“Hmm, ngapain nih cowok deketin anak gue? Gak sadar apa kalau dia lebih cocok jadi oom-nya?”


4. Tapi, kamu ternyata cepat akrab sama mereka.

Malah jadi seperti ini.
…lalu malah jadi seperti ini. via giphy.com
Mereka akhirnya welcome sama kamu, setelah tahu ternyata kamu nyambung sama mereka. Ya gimana, orang saya seumuran udah cukup dewasa kok.


5. Kamu harus sudi digodain sama teman-temanmu.

Cieeh pacaran sama kimcil
“Cieeh pacaran sama kimcil!” via Kimcil
Teman-temanmu bakal godain kamu gara-gara pacarnya jauh lebih muda.
Teman A: “Ciyeee, pacaran sama kimc*il!”
Teman B: “Wah, dapet daun muda nih.”
Kamu: “Iya, kenapa? Ngiri ya gara-gara kalian masih jomblo?”
#emangnyaenakdiskakmat?


6. Juga, terima nasib dipanggil “Om” atau “Mbah” sama sahabatnya pacarmu.

Emangnya tampang gue kayak gini?
Emangnya tampang gue kayak gini? via www.jpnn.com
Selain kencan sama cewekmu, kamu juga bakal sering hang out bareng sahabat-sahabatnya cewekmu. Dan dengan semena-mena mereka manggil kamu ‘Om’ atau ‘Mbah.’ Duh, dek!


7. Tapi, teman-temannya yang lain bakal segan sama kamu.

Mereka bersikap sopan sama kamu.
Mereka bersikap sopan sama kamu.
Sebagai orang yang paling tua di situ, teman-teman cewekmu bersikap sopan sama kamu saat kalian lagi nonton pensi atau pertandingan olah raga. Mereka menyapa, “Hai, Kak!” atau sekadar senyum. Kamu sih stay cool, meski dalam hatimu: “MWA-HA-HA-HA-HA!”
(Padahal lebih banyak yang mengira kamu omnya.)


8. Tak jarang, kamu harus berhadapan dengan sikap alay pacarmu.

Alay sih, tapi manis kok.
Alay sih, tapi manis kok.
Alay itu salah satu proses menuju kedewasaan. Sayangnya, cewekmu itu masih berada di tahap alay, meski gak begitu akut sih. Dia me-request status married di Facebook, merayakan anniversary tiap bulan, atau memanggilmu dengan panggilan ‘papa’, ‘ayah’, atau semacamnya.
Alay sih, tapi bagimu kadang tingkah lakunya itu sweet juga….


9. Kamu juga butuh usaha ekstra untuk meladeni kemanjaannya.

Kadang manjanya dia melebihi ekspektasimu.
Kadang manjanya dia melebihi ekspektasimu. via RamSorayaFilm
Ya, karena kamu jauh lebih tua darinya, terkadang dia jadi manja banget ke kamu. Mulai dari minta temenin ke salon, beli buku, maupun sekadar minta beliin es krim. Kalo gak dituruti, dia bakal ngambek berhari-hari. Kamu sampai kewalahan sendiri pas dia lagi manja-manjanya ke kamu.


10. Kamu bisa dengan mudah memahaminya, tapi tidak sebaliknya.

Dia gak mau tahu
Dia gak mau tahu via giphy.com
Kadang dia gak bisa memahami keadaanmu atau keperluanmu. Misalnya, dia marah-marah saat kamu nongkrong sampai larut sama teman-temanmu setelah penat kuliah, karena dia sendiri gak pernah nongkrong sampai malam. Padahal kamu juga butuh refreshing dan banyak kegiatan yang dilakukan sampai larut malam.
Kamu pun cuma bisa menghela napas.


11. Makanya, sesekali kamu mesti men-downgradepola pikirmu.

aaaa
sesekali men-downgrade pola pikirmu. via itiswrittenforyou.files.wordpress.com
Kadang, cewekmu jadi labil emosinya. Pengennya dimengerti tapi gak mau mengerti kamu. Dia jadi cemburuan dan gampang kesal. Akhirnya kamu yang mengalah dengan berusaha menempatkan dirimu pada pola pikirnya.


12.  Tapi, karena kamu, dia jadi pribadi yang lebih dewasa dibanding anak-anak seumurannya.

DIa lebih dewasa dari gadis seumurannya.
DIa lebih dewasa dari gadis seumurannya. via www.booksie.com
Kamu dan dia telah mengelaborasi pola pikir masing-masing agar dapat saling menyesuaikan. Selain kamu yang berusaha menyesuaikan dengan pola pikirnya, dia pun berusaha mengimbangi pola pikirmu yang jauh lebih dewasa dan berpengalaman. Makanya, dia jadi pribadi yang lebih dewasa dibanding teman-teman sebayanya.


13. Tapi karena dia juga, kamu belajar untuk jadi pribadi yang lebih bijak

Kamu jadi orang yang lebih bijak
Kamu jadi orang yang lebih bijak via pbs.twimg.com
Menghadapi naik dan turunnya emosi pasanganmu secara tidak sadar membentukmu jadi orang yang jauh lebih bijak. Kamu tidak lagi menggebu-gebu, tidak lagi egois dan memaksakan kehendakmu. Kamu sadar bahwa rasa saling mengerti adalah kunci utama bagi hubungan yang berhasil.


14. Yang seru adalah pengalamanmu mendampinginya lulus SMA dan masuk perguruan tinggi.

Mendampinginya lulus SMA
Mendampinginya lulus SMA via twicsy.com
Mulai dari menemaninya belajar untuk ujian nasional, memeluknya saat pengumuman kelulusan, sampai mendampinginya di wisuda SMA. Kamu juga ikutan sibuk saat dia bingung memilih masuk universitas dan jurusan yang mana. Saat ospek pun, kamu dibuat repot demi membantunya mendapatkan perlengkapan ospek yang aneh-aneh. Berasa punya anak, deh.


15. Setelah dia kuliah, jarak usia kalian gak terasa lagi.

Dia lebih mandiri
Dia lebih mandiri via www.huffingtonpost.com
Kini dia menjadi wanita yang jauh lebih matang dibanding saat kamu mengenalnya dulu. Yang kamu gandeng kini bukan lagi gadis kecil manja yang dulu. Seiring dengan lingkungan pergaulannya yang naik tingkat, pola pikirnya pun berkembang. Kini dia lebih mandiri dan jauh lebih pengertian padamu.


16. Tapi, sampai kapanpun, dia tetap gadis manjamu yang dulu.

Dia tetap gadis kecilmu selamanya
Dia tetap gadis kecilmu selamanya via llayoung.blogspot.com
Meskipun dia lebih matang sekarang, bagimu dia tetap gadis manjamu yang dulu.

Pacaran dengan gadis yang usianya jauh lebih muda emang punya tantangan tersendiri sih. Tapi, kamu tetap merasa beruntung kok, bisa mendampinginya di masa-masa transisi hidupnya dari remaja menjadi dewasa.

Selasa, 16 September 2014

Saat Kita Terlampau Letih dan Terlalu Batuk Untuk Bercinta


Demi malam saat kita berbagi selimut berdua, terlampau letih dan terlalu batuk untuk bercinta

Aku merengek manja minta dipeluk semalaman. Satu kali itu saja, kau mengiyakan tanpa banyak suara. Kau biarkan aku mengakuisisi lengan atasmu, telapak tanganmu beristirahat di pinggulku. Kita seperti dua belut raksasa saling membelit, tak membiarkan satu sama lain terbawa arus yang kian sengit.
Demi malam saat kita hanya ingin tidur saja
Demi malam saat kita hanya ingin tidur saja via 8tracks.com
Sorongan pipi kanan, kiri dan dahimu tamat terkecup pelan. Kukhidmati gulir vena di dadamu, kau hapalkan garis bibirku. Aku sendu tapi bahagia, malam itu.
Sesekali tanganku menjangkau punggungmu. Berusaha meredakan rejan batuk dengan usap ringan jemariku. Tentu saja aksi itu tak sebanding dengan cairan anti ekspektoran yang berdiri manis di ujung kamarmu, menunggu dihabiskan dalam satu kali tenggak. Tapi dari dulu kau selalu benci obat. Alasan klasikmu:
“Obat hanya untuk orang yang lemah”
Oh Sayang, begitu merasa kuatkah dirimu? Keberatankah dirimu jika tak nyaman tidur karena rasa gatal yang mendera tenggorokanmu?
Kau tundukkan kepala, seperti radar yang hendak mencari wajahku. Dengan muka sedikit malas kuangkat wajah, tanggap menyambut bibirmu. Tak terduga kau hanya menggeleng pelan. Malam memang sudah terlalu tua untuk kita melepas tanda cinta. Ada tanggung jawab besar yang menunggu esok harinya. Lebih baik malam ini kita pejamkan mata.

Demi malam saat kau bertanya, “Bagaimana jika dia?”

"Bagaimana jika dia?"
“Bagaimana jika dia?” via anikalondon.com
Sayang, sudah berapa banyak nama panggilan yang kusematkan padamu? Sudah berapa banyak kau hapal kecerobohanku? Sudah cukup dalamkah kita saling tahu riak hati tanpa perlu bertemu? Rasa-rasanya sudah enggan kucerna pilu bersamamu. Hatiku tahu, pun mungkin kau juga begitu :
Kita lebih baik begini. Tetap bersama, tetap ada. Tanpa jaring apa-apa.
Aku tetap wanita, mudah tersulut emosi dan tak pandai menahan air mata. Berkata, “Iya, tak apa” berarti mengembalikan kunci hatimu ke tempat semula. Sama sakitnya dengan berkemas dan pergi saat aku masih benar-benar cinta. Dengan selimut menutupi tubuh bagian atas, kubangkitkan badanku. Kupandangi dalam-dalam matamu, mencari kesungguhan di situ.
Tanganmu menarik lenganku, seakan jadi isyarat untuk menyuruhku kembali berbaring di lengan atasmu. Kau tahu pasti bahwa aku tak akan menolak keinginanmu. Tapi juga cukup mengerti bahwa itu artinya semalam suntuk kau harus menghadapi tangisku.
Sempat seucap kata pergi kembali meluncur ke udara. Kau bilang tak ingin aku tiada. Bibirku mengoceh bilang ia perlu ada. Namun hatiku, sesungguhnya, tak ingin aroma nafasmu hilang dari udara. Oh Tuhan, berapa banyak kau ciptakan bentuk cinta?
Sayang, jika cinta memang merelakan yang dikasihi mendapat perhatian dan kasih sebaik-baiknya ; maka kuangkat topi untuk semua novel dan film picisan di luar sana.Dulu kucibir mereka, namun kini aku tahu bagaimana rasanya.
Aku tak akan keberatan saat tahu kau menyandingnya yang menangkupkan tangan pada langit yang sama. Betapa mudah kulepas kekhawatiran kecilku soal kebersihan kamarmu, perkara kenyangnya perutmu — saat kau dapat wanita yang bijak mengurusmu.
Kamu ada, bersama wanita yang tepat, itu cukup bagiku. Sedihkah aku? Ya, tentu saja. Tapi cintaku padamu tak boleh melebihi cintaku padaNya, bukan? Inilah satu-satunya jalan mendamaikan gejolak hati tak berkesudahan.
Ayo, kita tidur saja”, ucapmu sambil melingkarkan lengan di perutku. Argumen dan drama dini hari terhenti di situ.

Demi malam saat kusebut kau dalam doa-doa panjang

Dalam desau sehalus perdu aku tetap mendoakanmu
Dalam desau sehalus perdu aku tetap mendoakanmu via galleryhip.com
Hampir 5 bulan berlalu sejak dunia menetapkan batas akhir atas kekitaan yang kita punya. Terkadang ada rasa perih menghampiri ketika kusadar tak akan lagi menemukan kelakarmu di akhir hari yang panjang. Saat bukan lagi kamu yang bisa kuhampiri untuk kemudian berdua mencari makan malam.
Tapi kau tahu bukan? Dalam desau sehalus perdu aku terus mendoakanmu.
Tetap, mendoakanmu. Supaya tiap pagimu tak pilu, semoga kau tak terlalu sering keluar tanpa menenggak minum dulu. Agar harimu hangat dan mudah. Dan kau tak malas memasang jas hujan demi tak basah. Untuk perempuan selanjutnya yang kau temui. Semoga kalian bisa berdoa dengan satu cara pasti. Tak sendiri-sendiri.
Waktu kau membuka pagar, mengelap keringat dengan satu tangan, kemudian berjalan tanpa helm. Ingatlah selalu.
Ada doaku, terselip di situ.
Mungkin di sela kantung jaketmu.
Atau dalam sobekan jok motormu.
Tak pernah jauh-jauh, ia disitu.


Tuhan baik, Tuhan-mu tahu, Tuhan ku pasti mengerti. Mereka sedang mengatur jalan terindah bagi dua hambanya yang tak bisa berdampingan, namun bukan berarti harus saling meninggalkan.

(Pagi berikutnya, mataku bengkak. Semoga ikhlas juga turut membengkak)