“Kita berbeda. Aku dan kamu saling mencinta, namun dengan takaran rasa yang tak sama.Dalam-dalam aku mencerap cinta, sedangkan kau mencintaiku dengan kadar yang biasa.Meski perasaan tak sepatutnya dipersalahkan, tidakkah kamu pernah merasa penasaran?Membayangkan betapa tak enaknya jadi aku yang cintanya tak dibalas dengan sepadan?”
Untuk kamu yang berjuang demi berdamai dengan keadaan. Yang sedang berusaha mencintai pasangan dengan ketulusan, ketika cinta memang tak pernah lunas menawarkan keadilan…
Cinta tak bekerja dengan adil layaknya wasit pertandingan. Saat kamu mencintainya dalam-dalam, dia bahkan tidak mengasihimu dalam takaran yang sepadan
Keliru memang, jika kita memilih menghamba pada cinta. Selain tak memberikan kepastian, cinta pun tak pernah lunas menjanjikan keadilan. Ya, cinta memang tak bisa diibaratkan hakim di pengadilan atau wasit dalam pertandingan olahraga. Cinta bekerja dengan cara-cara yang tak biasa – yang terkadang tak bisa diterima akal sehat manusia.
Kamu yang sudah mencurahkan semua perasaanmu untuknya, justru harus lapang dada dan menerima ketika dia memilih menanggapi dengan biasa. Tapi, lihatlah bayangan dirimu sendiri dalam kaca. Adakah kamu merasa tak terima atau tak rela? Bukankah kamu sudah bertahan sekian lama dan tak sekalipun berniat meninggalkan dia meski cintamu tak dibalas serupa?
Selama ini, kamu jadi pejuang dengan tekad baja. Kamu rela memberikan segala yang kamu miliki hanya untuk dia
Bagimu, segala kebutuhan dia adalah prioritas utamamu sebagai pendampingnya. Saat dirinya bisa tercukupi dan tak kekurangan, kamu akan merasa puas dan senang. Apapun yang kamu miliki, entah itu waktu, tenaga, pikiran, perasaan, kasih sayang, dan cinta – semua bisa dengan ikhlas kamu berikan untuknya.
Kamulah yang tak bosan-bosan mendengarkan dia berkeluh kesah perihal pekerjaannya. Kamu pula yang selalu berusaha memberikan saran dan masukan yang bisa membuatnya merasa lebih tenang. Di tengah rutinitas pekerjaan, kamu juga yang selalu bisa diandalkan untuk mengingatkannya istirahat, minum air putih dan tak lupa makan. Segala pengorbananmu memang boleh dibilang luar biasa, dan yang kamu lakukan terasa sangat masuk akal selama inginmu adalah membantunya mengatasi kesulitan dan memastikan dia baik-baik saja.
Barangkali ini karena cinta. Meski lebih sering berseberangan atau berbeda, segala perilaku dan jalan pikirannya akan tetap bisa kamu terima
Kalian adalah dua individu yang berbeda dengan sedikit kesamaan dan lebih banyak perbedaan. Meski dunia kalian sedikit beririsan, lebih banyak hal yang nyatanya harus dikompromikan. Dia punya hobi membaca komik dan bermain game, sedangkan kamu hampir-hampir “buta” tentang keduanya.
Namun, adakah kebahagiaan yang melampaui momen-momen saat mendengarkan dia bercerita? Ya, kamulah yang akan ikut bahagia saat dia berhasil menuntaskan game terbarunya. Kamu pun tak keberatan saat menemani dia berkeliling toko buku demi menemukan komik kesukaaannya. Kamu ikhlas menerima dan mencoba memahami semua tentang dia dan dunianya.
Saat kalian sedang berjauhan, tak pernah sedetik pun dirinya hilang dari ingatan atau tak kamu cemaskan
Dia mungkin bisa dengan ringan tak memberimu kabar. Padahal, tak sedetik waktu pun yang kamu lewatkan tanpa menunggui SMS atau telepon darinya. Kamu penasaran atau bahkan mencemaskan dirinya. Sedang apa, dengan siapa, apakah baik-baik saja; berbagai pertanyaan yang membuatmu merasa tak tenang. Kadang, di tengah kegalauanmu menunggu kabar darinya, kamu akan bertanya pada diri sendiri;
“Adakah dia pernah merasakan kecemasan yang sama? Apakah cuma aku yang memikirkan dia dengan sedemikian hebatnya? Bukankah sebagai pasangan, aku pun berhak mendapat perhatian darinya?”
Bagimu, dia adalah masa depan yang harus diperjuangkan. Tapi menurut dia, kamu hanyalah sepenggal cerita perjalanan cintanya atau sekadar persinggahan
Bisa berdampingan dengannya adalah kebahagiaan luar biasa yang kamu rasakan. Kamu berharap hubungan dengan dia bisa bertahan selamanya. Kamu menginginkan dia bisa jadi bagian dari kehidupanmu di masa depan. Berharap dia yang jadi pendamping sejati hingga kalian melewati momen pernikahan dan menua bersama nanti.
Sayangnya, dia tak menumpuk harapan yang sama denganmu. Baginya, kamu hanyalah bagian dari kisah perjalanan cintanya. Bicara perkara masa depan hubungan kalian tak pernah membuatnya bersemangat. Dia tahu kelak akan ada saat dimana kalian akan harus berpisah dan mengakhiri hubungan yang saat ini dijalani.
Merasakan cinta yang lebih berat di salah satu sisi, kamu pun mulai menata hati. Belajar untuk lebih tahu diri agar kelak tak terlalu sakit hati
Seiring waktu berjalan, kamu pun menyadari ketimpangan dalam hubungan kalian. Kamu berusaha memahami posisimu sebagai pihak yang mencintai lebih dalam dan lebih sering diabaikan. Akibatnya, perlahan kamu pun mulai berusaha menata hati. Berjaga-jaga agar kelak tak terlalu sakit hati jika pasangan akhirnya memilih pergi.
Bahkan, saat pasangan memberimu kejutan atau melakukan sesuatu yang membuatmu senang, kamu akan baik-baik meredam hatimu. Kamu tak mau terlalu terbuai dan berbahagia, kamu sadar bahwa kebahagiaanmu hanyalah semu yang kelak akan berganti kesedihan lagi.
Kamu sadar, perasaan memang tak bisa dipaksakan dan sudah sepatutnya cinta itu membebaskan
Terkadang, ingin sekali mengutuki diri sendiri, menyalahkan pasangan atau bahkan keadaan. Bagaimana pun pengalaman mencintai lebih dalam memang lebih sering terasa menyakitkan. Membuatmu lebih sering mengorbankan perasaan daripada merasakan kebahagiaan dalam hubungan.
Namun, kedewasaanlah yang akhirnya menuntunmu untuk bersabar. Kamu mengerti bahwa perkara perasaan memang tak bisa dipaksakan. Pasangan tak harus memberikan cinta dan kasih sayang yang sama besarnya dengan yang kamu berikan. Bahkan, dirimu sendiri pun tak selayaknya minta dikasihani atau merasa jadi pihak yang tersakiti. Karena rasa cinta yang sebenar-benarnya adalah perasaan yang justru membebaskan dan tidak membebani.
Pengalaman jadi pihak yang mencintai lebih dalam justru membuatmu sadar bahwa perasaan cinta yang sebaik-baiknya haruslah didasari ketulusan
Setalah menyadari posisimu jadi pihak yang mencintai lebih dalam, entah kamu akan memilih putus atau bertahan. Tapi setidaknya, pengalaman ini memberikan pelajaran cinta yang teramat penting dan berharga. Bahwa perasaan cinta yang sebenar-benarnya haruslah didasari ketulusan.
Saat kamu bisa mencintai tanpa mengaharap balasan yang sepadan. Ketika kamu berusaha memberikan yang terbaik untuk pasanganmu tanpa minta dibalas penghargaan yang setimpal. Meski jadi pihak yang mencintai lebih dalam terkesan sangat menyakitkan, kamu tetap bisa mensyukuri segala perasaan yang kamu rasakan.
Untuk kamu yang pernah atau sedang merasakan pengalaman cinta ini, semoga banyak kebaikan yang bisa kamu dapatkan. Cinta memang tak selalu manis dirasa, tapi semoga setiap harinya kehidupan cintamu semakin bahagia.